Pasti anda sudah tau tentang lima ikon di Kabupaten Bandung Barat ini. Dan ternyata itu yang sudah mendunia. Banyak yang keliru, kelima ikon ini ada di Kota Bandung. Padahal sebenarnya ada di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Kecamatan Lembang di dataran tinggi kawasan Bandung utara. Berikut ini adalah 5 ikon KBB yang mendunia itu.
1. Observatorium Bosscha
Observatorium Bosscha adalah tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia dan disebut-sebut sebagai observatorium terbesar di Asia Tenggara. Letaknya berada di Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, sekitar 15 km di utara Kota Bandung. Nama Bosscha diambil dari pria berkebangsaan Belanda, yakni Karel Albert Rudolf Bosscha, juragan teh di Perkebunan Malabar yang mencintai astronomi.
Dibangun sejak tahun 1923, Observatorium Bosscha hingga kini masih berfungsi dengan baik. Fokus pengamatan yang dilakukan di sana yaitu sejumlah bintang di belahan langit bagian selatan.
2. Gunung Tangkubanparahu
Secara administratif, Gunung Tangkubanparahu berada di wilayah Kabupaten Subang. Namun akses masuknya berada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sebagian besar pengunjung juga datang dari arah Bandung melalui Lembang.
Gunung berapi dengan ketinggian 2.084 meter ini terakhir kali mengeluarkan letusan freatik pada Juli 2019 lalu. Akibat aktivitas tersebut, Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu sempat ditutup selama tiga bulan.
Saat ini TWA Tangkubanparahu yang terkenal dengan legenda Sangkuriang ini dikelola oleh PT Graha Rani Putra Persada. Hingga kini, objek wisata ini masih menjadi destinasi favorit di Jawa Barat yang kerap dikunjungi para wisatawan lokal, domestik, hingga mancanegara.
ada Juni 2011, observatorium ini digunakan oleh dua astronom asal Amerika Serikat, yakni Mark Bullock dari Southwest Research Institute, Colorado dan John Stansberry dari Steward Observatory untuk melakukan pengamatan okultasi Pluto. Sayangnya, pengamatan tersebut terkendala cuaca.
Observatorium Bosscha memiliki teleskop besar refraktor ganda Zeiss 60 cm yang menjadi bagian penting dari tempat ini. Panjang teleskop yaitu 10,7 meter, beratnya 17 ton. Teleskop dengan diameter lensa 60 cm itu bisa memperbesar penampakan benda langit hingga 10.000 kali lipat. Lensa besar di salah satu ujung berfungsi untuk mengumpulkan cahaya, dan dua lensa kecil di ujung lainnya digunakan untuk mengamati bintang.
3. Taman Junghuhn
Taman Junghuhn berada di Kampung Genteng, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang. Nama Junghun diambil dari nama Franz Wilhelm Junghuhn, yang merupakan seorang ilmuan Belanda berkebangsaan Jerman.
Junghuhn merupakan orang yang pertama kali membawa tanaman kina ke Indonesia. Dia meninggal pada tahun 1864 dan dimakamkan di Kp. Genteng, Desa Jayagiri yang kini dikenal sebagai Taman Junghuhn.
Sebagai situs sejarah, hingga kini banyak pelajar dan mahasiswa yang melakukan penelitian tentang sejarah tanaman kina serta Dr. Franz Wilhelm Junghunhn, sebagai penemunya. Meski demikian, keberadaan taman Junghuhn seolah dilupakan karena kurangnya perhatian dari pemerintah.
4. Perang Tomat
Perang tomat tak hanya ada di Spanyol di mana setiap tahun digelar festival La Tomatina. Namun, di Kabupaten Bandung Barat tepatnya di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang juga ada perang tomat yang digelar setiap Agustus atau September setiap tahun.
Perang tomat berawal dari banyaknya tomat busuk yang berserakan di jalanan. Petani saat itu enggan menjual hasil panen tomat lantaran harga jualnya sangat anjlok. Akibatnya, ribuan tomat dibuang begitu saja.
Dari peristiwa yang terjadi pada 2010 itu, tercetuslah ide untuk memanfaatkan tomat-tomat busuk itu menjadi peluru untuk perang tomat. Dengan menjadi salah satu rangkaian hajat lembur, perangtomat diharapkan menjadi daya tarik wisata dan budaya setempat.
5. Kopi
Dataran tinggi di Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbaik di dunia. Berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter, wilayah ini memang cocok untuk menghasilkan biji kopi berkualitas.
Berbagai produk kopi asal Bandung Barat telah menembus pasar ekspor, di antaranya Kopi Bursel asal Desa Cipada, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Bara yang menembus pasar Asia dan Eropa. Kopi jenis arabika ini dikelola oleh ratusan petani yang tergabung dalam lembaga masyarakat desa hutan setempat.
Menurut Ketua LMDH Padamaju Desa Cipada Deni Sopari, kopi Bursel (Burangrang Selatan) ini sudah dikembangkan sejak 2009 oleh 201 petani yang merupakan warga setempat. Untuk pasar ekspor, kopi Bursel sudah menembus Negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Belgia, sedangkan Asia ke Korea Selatan serta wilayah Timur Tengah, seperti Kuwait. Sementara pasar lokal, baru mencakup wilayah Ciwidey dan Pangalengan, Kabupaten Bandung.